Seksualitas sudah ada 60 juta tahun lalu, saat primata pertama ditemukan. Primata betina dapat merasakan orgasme berulang, dan ini sebagai teori leluhur betina memilih pejantan yang mampu memberikan kepuasan seksualitas kepada mereka.
Mekanisme seksual seperti itu yang meningkatkan ukuran penis dan mengubah struktur. Menariknya, meskipun penis manusia adalah terbesar dari semua spesies kera dalam ukuran dan lingkar, namun dari segi masa waktu dan proporsi ukuran tubuh manusia tidak unggul dalam tolak ukur tersebut.
Jika berbicara soal ukuran secara keseluruhan, testis simpanse dan bonobo dua kali lebih besar dibandingkan manusia, sebaliknya gorila hanya setengah dari manusia. Pertanyaannya adalah mengapa? Korelasinya dapat ditemukan di antara sistem berpasangan primata. Di kelompok multi betina/multi jantan, pejantan harus bersaing untuk bereproduksi dan secara rutin berkompetisi untuk mengambil tempat di kegiatan reproduksi betina.
Semakin banyak produksi dan ejakulasi sperma pada betina memiliki kesempatan yang lebih besar untuk melakukan fertilisasi/ pembuahan di ovum. Simpanse betina atau bonobus yang sedang dalam birahi, sering melakukan hubungan dengan pasangan yang berbeda sehingga pejantan harus bersaing. Oleh karena itu testis yang lebih besar akan mendapatkan kesempatan bereporduksi lebih besar.
Sebagai perbandingan, gorila perempuan yang hidup sebagai harem tidak sering mendapatkan kesempatan untuk memilih pasangan, meskipun terkadang pejantan dan betina keluar dari kelompok sehingga dapat terjadi perubahan kebiasaan sementara. Gorila jantan berpunggung perak seberat 200 kg memiliki penis dan testis paling kecil di antara simpanse jantan lainnya. Namun gigi taring serta otot serta kontrol yang ia miliki, dan juga emosi cemburu yang ia miliki memungkinkan pejantan ini mengintimidasi dan bertarung dengan pesaing potensial lainnya.
Ukuran testis manusia mengindikasi bahwa pria berkembang dalam kondisi di mana sperma mereka berkompetisi di dalam tubuh perempuan. Namun tidak dengan tingkatan yang sama dengan sperma simpanse. Namun penis manusia yang lebih besar menggambarkan bahwa primata butuh untuk menjaga perempuannya dengan menyediakan kepuasan seksual. Perempuan di masa lalu memiliki pengalaman soal kekuasaan seksual yang dibantah oleh budaya Barat saat ini. Dahulu menunjukkan bahwa leluhur perempuan memegang puncak pimpinan dan menghargai pilihan perempuan. Saat dibandingkan dengan simpanse patriarki, bonobo yang menganut matriarki memiliki orientasi seksual lebih jauh dibandingkan simpanse lain.
Wanita tidak semuanya terobsesi dengan ukuran penis pria. Perempuan memiliki kesadaran seperti laki-laki yang membangun stabilitas hubungan dari kepercayaan, berbagi ketertarikan serta kemampuan untuk saling menjaga. Namun perempuan juga bukan berarti tidak memikirkan soal ukuran ini, sebab sebenarnya memang mereka tidak akan bisa melupakan hal tersebut.
Wanita memiliki pemikiran soal ukuran penis laki-laki, yang secara seksual dipilih berdasarkan ukuran dan bentuk. Tetapi manusia juga memiliki kreativitas yang lebih inovatif dan imajinatif dibandingkan kera. Oleh karena itu, pikiran perempuan dapat terangsang oleh kreativitas dan imajinasi seksual mengenai persoalan fisik, menambah kepuasan metafora ke dalam kehidupan percintaan mereka.
Mekanisme seksual seperti itu yang meningkatkan ukuran penis dan mengubah struktur. Menariknya, meskipun penis manusia adalah terbesar dari semua spesies kera dalam ukuran dan lingkar, namun dari segi masa waktu dan proporsi ukuran tubuh manusia tidak unggul dalam tolak ukur tersebut.
Jika berbicara soal ukuran secara keseluruhan, testis simpanse dan bonobo dua kali lebih besar dibandingkan manusia, sebaliknya gorila hanya setengah dari manusia. Pertanyaannya adalah mengapa? Korelasinya dapat ditemukan di antara sistem berpasangan primata. Di kelompok multi betina/multi jantan, pejantan harus bersaing untuk bereproduksi dan secara rutin berkompetisi untuk mengambil tempat di kegiatan reproduksi betina.
Semakin banyak produksi dan ejakulasi sperma pada betina memiliki kesempatan yang lebih besar untuk melakukan fertilisasi/ pembuahan di ovum. Simpanse betina atau bonobus yang sedang dalam birahi, sering melakukan hubungan dengan pasangan yang berbeda sehingga pejantan harus bersaing. Oleh karena itu testis yang lebih besar akan mendapatkan kesempatan bereporduksi lebih besar.
Sebagai perbandingan, gorila perempuan yang hidup sebagai harem tidak sering mendapatkan kesempatan untuk memilih pasangan, meskipun terkadang pejantan dan betina keluar dari kelompok sehingga dapat terjadi perubahan kebiasaan sementara. Gorila jantan berpunggung perak seberat 200 kg memiliki penis dan testis paling kecil di antara simpanse jantan lainnya. Namun gigi taring serta otot serta kontrol yang ia miliki, dan juga emosi cemburu yang ia miliki memungkinkan pejantan ini mengintimidasi dan bertarung dengan pesaing potensial lainnya.
Ukuran testis manusia mengindikasi bahwa pria berkembang dalam kondisi di mana sperma mereka berkompetisi di dalam tubuh perempuan. Namun tidak dengan tingkatan yang sama dengan sperma simpanse. Namun penis manusia yang lebih besar menggambarkan bahwa primata butuh untuk menjaga perempuannya dengan menyediakan kepuasan seksual. Perempuan di masa lalu memiliki pengalaman soal kekuasaan seksual yang dibantah oleh budaya Barat saat ini. Dahulu menunjukkan bahwa leluhur perempuan memegang puncak pimpinan dan menghargai pilihan perempuan. Saat dibandingkan dengan simpanse patriarki, bonobo yang menganut matriarki memiliki orientasi seksual lebih jauh dibandingkan simpanse lain.
Wanita tidak semuanya terobsesi dengan ukuran penis pria. Perempuan memiliki kesadaran seperti laki-laki yang membangun stabilitas hubungan dari kepercayaan, berbagi ketertarikan serta kemampuan untuk saling menjaga. Namun perempuan juga bukan berarti tidak memikirkan soal ukuran ini, sebab sebenarnya memang mereka tidak akan bisa melupakan hal tersebut.
Wanita memiliki pemikiran soal ukuran penis laki-laki, yang secara seksual dipilih berdasarkan ukuran dan bentuk. Tetapi manusia juga memiliki kreativitas yang lebih inovatif dan imajinatif dibandingkan kera. Oleh karena itu, pikiran perempuan dapat terangsang oleh kreativitas dan imajinasi seksual mengenai persoalan fisik, menambah kepuasan metafora ke dalam kehidupan percintaan mereka.