12 Maret 2010

MR. P KUAT & BESAR


Pria berumur matang sering mengalami masalah tak bisa menyenangkan pasangannya. Kondisi organ intim pria yang tidak prima ditengarai menjadi penyebab utama. Padahal, masalah tersebut bisa diatasi dengan embryonic stem cell therapy.

Menurut pakar anti-aging dr Deby Susanti Vinski AAMS, embryonic stem cell therapy dipercaya secara sains dapat meremajakan sel dan mengurangi efek penuaan pada manusia, salah satunya organ intim pria.

Saat usia bertambah, organ intim pria (penis dan testis) sudah tidak sebagus waktu muda. Penis pria sudah mengalami penuaan, baik pada pembuluh darah, kulit, fungsi, atau ereksinya sudah tidak sebagus dulu. Begitu pun dengan testis sebagai penghasil testosteron sudah tidak berfungsi maksimal.

Dokter spesialis anti-aging lulusan Paris, Prancis ini menjelaskan, cara kerja dari terapi ini dengan ditanam (disuntik) di sekitar area pusar atau bokong. Jadi, bukan di area penis atau testis pria.

”Pasien sering salah kaprah mengenai hal itu. Mereka awalnya mengira bahwa sel tersebut akan ditanam di area organ intim,” kelakar Debby.

Agar hasilnya lebih optimal, Debby menyarankan pasien menjalani terapi ini secara rutin. Idealnya, pasien melakukan terapi untuk meremajakan testis dan penis masing-masing empat kali dalam setahun. Dan dosis terapi yang diberikan setiap pasien berbeda, disesuaikan dengan riwayat kesehatannya.

”Setelah terapi, pasien merasakan perubahan luar biasa pada alat kelaminnya. Penis pria menjadi kuat dan besar,” tambah Deby menirukan ucapan pasiennya usai melakukan terapi.

Menurut Debby, kondisi tubuh sehat, tidak stres, dan makan cukup menjadi syarat utama sebelum pasien menjalani terapi. Dan tak kalah penting, sambung Debby, pria berusia minimal 25 tahun dan tidak terinfeksi kanker ganas yang boleh melakukan terapi. Pasalnya, pasien yang menderita kanker sebagian dinding selnya sudah tidak utuh.

”Pasien yang sedang dalam masa kemoterapi dan radiasi juga tidak boleh melakukan terapi ini. Pasien yang menjalani kemoterapi dinding selnya sudah rusak dan kualitas sel tidak sama, sehingga dikhawatirkan hasilnya tidak maksimal,” tutup Dr Debby yang mengingatkan pasien sebaiknya melakukan terapi pagi hari, sehingga bisa merasakan manfaatnya saat bercinta dengan pasangan di malam hari.